Jumat, 01 November 2013

Jurus Sakti Ahok

          Basuki Tjahaja Purnama adalah sosok orang yang hebat. Beliau tidak pernah membedakan suku, ras, maupun agama. Beliau adalah orang yang meskipun mendapat tekanan, ia tetap dapat bertahan dan tidak dendam dengan orang yang menekannya. Menurut penulis, hal ini sangat baik diterapkan pada masyarakat Indonesia yang sering kali memiliki sifat membedakan suku, ras, dan agama. Ahok ingin membantu orang miskin, tetapi iapun tidak jadi miskin. Caranya adalah menjadi pejabat. Beliau pernah mencalonkan diri menjadi DPRD Belitung Timur. Pada tahun 2005 beliau bupati di Belitung Timur. Ahok memberi asuransi kesehatan dan pendidikan gratis pada warga Belitung Timur. Pada tahun 2007 beliau mencalonkan diri menjadi gubernur Bangka Belitung, tetapi gagal. Tahun 2009 mencalonkan diri menjadi DPR RI Bangka Belitung. Beliau tidak mengutamakan uang, tidak mementingkan kepentingan pribadi, tetapi kepentingan masyarakat. Beliau ditipu oleh tim suksesnya. Ia berani memimpin pulau yang mayoritasnya Muslim dan etnis Tionghoanya sedikit. Calon etnis Tionghoa bukan hanya Ahok, tetapi ada Rudyanto Tjen dari PDIP dan Priscillia Suntoso dari Partai Demokrat.
Ia diminta oleh ketua Partai Golkar untuk membayar uang sebesar 25 juta Rupiah, tetapi ia menolak dengan alasan anehnya uang itu ditransfer ke rekening ketua itu bukan rekening Partai Golkar. Ahok memiliki jurus-jurus yang dapat membuatnya menjadi pejabat. Jurusnya antara lain, jurus 1 yaitu keliling, jurus 2 yaitu ngobrol sambil promosi, jurus 3 yaitu jangan takut SARA yang katanya percuma KTP Islam kalau kelakuan Komunis, jurus 4 yaitu ASAD (Anda SMS Ahok Datang), jurus 5 yaitu foto-foto, jurus 6 yaitu relawan yang rajin dan setia. Menurut Ciku, pedagang makanan, Ahok berpotensi menjadi pemimpin. Jurus 7 yaitu nekat, Ahok orang yang nekat dalam melakukan kebaikannya. Ahok melakukan kampanye ke Pulau Pongok naik speed boat baru. Tiba-tiba ada telepon yang menyuruh speed botany kembali. Ahok tidak segan-segan memberi nomor telepon pribadinya untuk menampung aspirasi rakyat.

Ia tidak takut bersaing dengan calon-calon lain. Jadi untuk menjadi pemimpin yang baik harus rela mengesampingkan kepentingan pribadi. Pemimpin harus rela melayani orang dengan turun tangan langsung ke rakyat. Rakyat lebih suka pemimpin yang tidak sombong. Rakyat ingin diperhatikan, ada orang yang peduli dengan nasib mereka, bukan  ingin uang dari para pejabat. Tindakan orang yang memiliki karakter ini dipuji orang dan tidak dicela. Semua orang butuh perhatian bukan hanya uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar